Bab 11
“ Woi… kita nunggu siapa lagi
nih?!?” tanya Chintia yang sudah tak sabar akan pergi. Memang.. sudah hampir 1
jam kami berkumpul didepan rumahku, masih ada beberapa orang lagi yang belum
datang.
“ Kita tinggal nunggu Afri, Dedek,
Maulana, sama Nanda..” jawab Angel yang berdiri disamping Nuni. Maklum.. dari
abad ke 60, mereka emang terus nempel, nggak akan pernah bisa dipisahkan.
“ Lama kali si Jelek itu…” sahut Inet
dari belakang.
“
udah jelek.. bertingkah lagi…” tambahnya lagi.
Kami yang mendengarnya hanya bisa
tersenyum sambil menggeleng.
Kata-kata Inet emang ada benernya..
sudah hampir ½ jam kami menunggu kedatangan mereka berempat, apalagi salah satu
dari mereka (Afri) adalah ketua kelas. Emang dasar ketua kelas yang pemalas,
sebab dalam segala hal, tak ada kata semangat didalam buku Ensiklopedianya.
Tapi.. akhirnya, saat kami akan
meninggalkan mereka berempat, tiba-tiba mereka datang sambil berlari
terengah-engah seperti terkena hujan.
“ Woi… tunggu…” teriak Maulana
sambil melambaikan tangan. Mereka berempat menghampiri kami dengan wajah merah.
“ Lama kali…” teriak Inet yang sudah
habis kesabaran.
“ Iss.. sory.. sory.. tadi kami
dikejar anjing..” bela Dedek sambil mengibaskan-ngibaskan lehernya dengan
tangannya.
“ Ha??! Dikejar anjing?!?” tanyaku
sambil melongo.
“ Iya… anjingnya ada empat pula
itu.. ya Allah…” sahut Nanda tiba-tiba.
“ Sudah.. sudah.. ayo cepat..
masuk..” kata Bu Meggy sambil mempersilakan kami masuk ke dalam bis untuk
pergi ke rumah Anggi.
***
Rumah Anggi sudah ramai, semua
keluarganya tampak kecewa serta sedih, tak percaya akan terjadi seperti ini. Aku
menundukkan kepala, lalu menoleh pada Raka yang juga terlihat sedih dan kecewa.
Aku menghampirinya.
“ Raka.. maaf ya…” kataku pelan.
Dia menoleh padaku sambil tersenyum.
“ ha?!? Kamu ini kenapa sih?!? Dari tadi minta maaf mulu?!? Emang dasar…
mentang-mentang baru pulang dari luar negeri… sombong.. hahaha..” katanya
sambil terbahak.
Aku menundukkan kepala. “ maaf… aku
juga…”
“ Lihat… hari ini cuaca sangat cerah
ya?!? Emang.. kehidupan yang dibuat Allah, emang benar-benar sempurna…” kata
Raka lagi sambil tersenyum.
“ Raka.. aku..” tiba-tiba saat aku
akan melanjutkan kata-kataku, Raka langsung memotong.
“ Eh.. Inet manggil kamu tuh…” sahut
Raka sambil menunjuk ke arah Inet yang sedang menungguku. Dia tersenyum sambil
melambaikan tangan.
Aku menoleh pada Inet, lalu menoleh
pada Raka lagi. “ ng.. ya udah deh… sampai jumpa…” kataku, lalu berlari
menghampiri Inet.
“ Kamu ngapain sih?!?” tanya Inet
penasaran.
Aku melongo. “ ha?!? Apaan sih?!?
Emang nggak boleh ya ngomong bentar sama dia?!?” tambahku pelan.
“ Ya.. boleh sih.. tapi.. aku punya
satu pertanyaan…” kata Inet.
Aku menatapnya. “ pertanyaan apa?!?”
tanyaku penasaran.
“ Kamu suka ya… sama Raka. Soalnya..
dari tadi, aku lihatin, kamu terus deketin Raka mulu…” jelas Inet panjang lebar.
Aku melotot. “ APA?!?!” teriakku.
Inet mendesah. “ Rie.. aku serius…”
ujar Inet lagi.
Aku menundukkan kepala. “ nggak mungkin aku suka sama dia. aku aja tak bisa menepati janji ku sama dia” kataku pelan.
Inet menundukkan kepala, lalu
menghela nafas. “ oke oke.. ayo.. semua sudah menunggui kita..” ajak Inet
lalu menggandeng tanganku.
Kami berjalan mendekati Anggi yang
terbaring diselimuti kain putih. Wajahnya pucat, tapi tampak tersenyum. Aku membalas
senyumannya, dan mengeluarkan air mata. Inet yang melihat mataku memerah,
langsung memelukku dengan hangat. Tampaknya dia juga sedih atas meninggalnya 2
sahabat kami ini.
Kami semua menundukkan kepala,
berdoa untuk Anggi yang sedang berada disana.
Ya
Allah.. tuhan yang maha esa, hanya engkaulah.. tuhanku, maka.. kabulkanlah
satu-satunya permintaanku yang sangat berharga ini.. tolong.. ampunilah
dosa-dosa Anggi selama ini.. dan terimalah semua pahala yang sudah dibuatnya.
Jangan kau siksa dia di neraka yang panas itu.. lindungilah dia.. ya Allah..
***
Setelah berdoa bersama-sama, kami
kembali masuk ke dalam bis, untuk pulang ke rumah masing-masing. Selama di bis,
aku terdiam, tak mampu berkata apa-apa lagi, yang ada hanyalah seperti tadi, Kenangan
yang tak bisa dilupakan bersama Anggi dan Jesica.
Maaf..
Jesica, aku tak bisa melihatmu lebih lama, tapi.. aku akan terus bedoa, seperti
yang tadi dikatakan bu Meggy pada kami, kami hanya bisa berdoa, supaya amal
ibadahmu diterima oleh Allah S.W.T.
Terimakasih..
sudah mau menjadi sahabatku selama ini.. begitu banyak Kenangan yang tlah kita
buat.. Jesica… Anggi.. aku tak akan bisa melupakannya.. karena.. itu adalah
ikatan terakhir yang kudapatkan setelah ikatan dengan keluargaku.
Tiba-tiba, Rai yang langsung duduk
disampingku membangunkanku dengan lamunanku. Dia tersenyum tulus padaku.
“ Hai… Rie!! Udah lama kita nggak
ngobrol ya?!?” katanya sambil terus tersenyum.
Aku membalas senyumannya. “ maaf..
sejak Anggi dan Jesica pergi.. aku jadi melupakanmu.. Rai..” kataku pelan.
“ Ah.. tidak apa-apa kok, aku
mengerti perasaanmu…” katanya pelan.
Aku tersenyum. Terimakasih… Rai…
***
Sudah hampir seminggu, sejak aku
pulang dari Jepang. Kelas XI_IPS 3 semakin sepi, tidak ada lagi yang berani
melanggar aturan, semua tertib pada pelajaran. Mungkin karena kejadian yang tak
terduga itu. Biasanya, Anggi dan Inet lah yang selalu dicap guru sebagai murid
paling bandal dari 27 kelas yang ada disekolahku. Mereka sering datang
terlambat, melawan guru dan sering terkena BP/SPO. Karena aku teman dekat mereka,
alhasil.. aku juga sering terlibat kasus-kasus mereka berdua yang menurut
penghuni XI_IPA 3 nggak penting (sebenarnya emang sangat gak penting).
Lagian.. pertanyaan yang diberikan
padaku aneh-aneh dan macam-macam. Bahkan kadang-kadang, ada seorang guru yang
menanyakan apa yang barusan dimakan oleh Anggi dan apa yang barusan di minum oleh
Inet. Setelah aku memberikan jawabannya yang menurutku sangat tepat, guru itu
akan mendiskusikan dengan teman-temannya yang lain, lalu menyelidikinya. Siapa coba
yang bilang pertanyaan itu penting. Emang mereka fikir Anggi dan Inet pecandu narkoba seperti obat-obatan
itu apa?!?
Tapi.. sekarang, kejadian itu tak
pernah terulang kembali. Walaupun salah satu biang keroknya masih bersekolah
disini, dia tak pernah berbuat seperti itu lagi. Inet termasuk salah-satunya,
dia berubah total, dari 2% sampai ke 100%. Perubahan Inet membuat semua
penghuni XI_IPA 3, eh.. bukan, tapi
semua penghuni disekolahku menatapnya seolah tak percaya. Bahkan aku pernah
dengar kalau ada adik kelas yang bilang kalau otak Inet melebihin otak kak
Siska (pahlawan dari sekolahku, tingkat kecerdasannya (IQ) mampu mencapai 150,
sekarang dia sedang berjuang untuk memenangkan cerdas cermat FISIKA tingkat
Provinsi, (Good Luck).
Dulu.. banyak sekali guru yang
sangat tidak suka dengan sifat Anggi, mereka selalu mengata-ngatai Anggi
mentel, pemalas dan genit. Sebenarnya emang benar sih, setiap menit, setiap
detik, dan setiap jam, ada saja waktunya untuk bersolek. Bahkan dia pernah
membawa semua alat-alat make-up nya ke sekolah untuk dipamerkan. Mulai dari
perawatan rambut, sampai ke perawatan kuku kakinya. Anak-anak XI_IPA 3 sih.. nggak ada yang syirik ataupun iri, kami sudah
terbiasa dengan sifat Anggi.
Tapi sekarang semenjak yang malah
anehnya, banyak guru sekolahku yang mulai berdatangan untuk pendaftaran ceramah
di kelas XI_IPS 3. Dari setiap ceramah yang kami amati, hasilnya sama, yang
diceramahi mereka adalah masalah Anggi.. Anggi.. dan Anggi.. mereka bercerita
tentang pertama kali mereka melihat Anggi, sampai mereka muak melihat Anggi.
Penguni-penghuni XI_IPA 3 menjadi
malas dan mengantuk saat mendengarkan ceramah yang disampaikan para-para
pengatur aturan itu. Ada saja yang mereka ceritakan untuk kami, tapi dari semua
ceramah yang kuamati, rata-rata banyak guru yang kecewa atas meninggalnya
Anggi, mungkin mereka rindu dengan sifat Anggi yang melampaui batas sekolah
luar biasa.
Padahal, sudah dicap murid paling
bandal sejak abad ke 1000, tetap saja banyak cowok yang mau nempel terus
dengannya. Mulai dari kakak kelas tahun semalam, sampai adik kelas tahun ini.
Mereka tidak mempunyai kelelahan untuk menggodai Anggi. Anggi memang cantik
sih, manis. Dia selalu ramah bila berbicara pada lelaki, dan selalu memakai
senyumannya yang dikatakan melampai senyuman Miley cyrus, bahkan dia mengakui,
setelah Justin Bieber melihatnya, dia bakal menikah dan hidup bahagia
dengannya.
Tapi.. dari sekian laki-laki terpopuler
di sekolahku, Anggi malah memilih Raka, cowok kalem, dan jarang bergaul dengan
laki-laki lain. Raka memang lumayan populer, tapi populer dengan kepintarannya,
kepintarannya bisa melampaui kejeniusan kak Siska. Bukan cuma kak Siska yang
manjadi kesayangan kepala sekolah dan semua guru-guru, Raka juga termasuk salah
satunya, kata kepala sekolah, setelah kak Siska nanti tamat, pak Kepsek mau
kalau Raka akan mengantikkan posisi kak Siska, dan tentu saja Raka menerimanya
dengan senang hati, dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatannya yang sangat
berharga ini.
Tapi.. semejak seluruh warga-warga
disekolahku tau kalau Anggi dan Raka sedang menjalani hubungan, wajah pak
kepala Sekolah langsung memerah, dia tidak menyangka bahwa anak murid
kesayangannya yang membuatnya menjadi kepala sekolah SMP terbaik se-kota medan
berpacaran dengan musuh berbuyutannya sekaligus murid paling tidak disukainya.
Padahal waktu itu pak kepsek akan megeluarkan Anggi, tapi semenjak tau Raka berpacaran
dengan Anggi, pak Kepsek terpaksa mengurung sementara niatnya sampai mereka
putus.
Sampai hampir 1 tahun, hubungan Raka
dan Anggi tetap berjalan lancar, meskipun Anggi sedikit genit kepada setiap
cowok yang ditemuinya, Raka tetap tak mau ambil masalah, baginya itu memang
sifat Anggi yang sebenarnya dan dia makin bertambah suka dengan Anggi kalau dia
seperti itu terus. Aku yang mendengarnya berkata begitu, hanya bisa melongo tak
percaya.
Karena pak kepsek sudah kehilangan
kesabaran menunggu hubungan mereka putus, akhirnya pak kepsek memanggil Raka ke
ruangan peribadinya. Pak kepsek mengatakan pada Raka, kalau Raka wajib memutusi
Anggi untuk perlombaan cerdas cermat tingkat kecamatan agar konsentasi
belajarnya tidak terganggu, pak kepsek juga menuduh Anggi kalau Anggi adalah
anak bodoh dan aneh yang tidak tau sopan santun, dan tak patut dicontoh oleh
Raka. Raka yang mendengar perkataan pak kepsek yang mengejek orang yang
dicintainya itu langsung berkuping panas. Bahkan dia membentak pak kepsek agar
tidak usah mengaturnya.
“ Pak.. selama saya berpacaran dengan Anggi, konsentrasi saya baik-baik
saja kok.. lagipula kenapa bapak mengata-ngatai Anggi seperti itu?!? Anggi
bukan orang yang seperti bapak kira. Saya menghormati bapak sebagai kepala
sekolah saya, saya selalu mematuhi apa yang bapak perintahkan, tetapi.. apakah
ini balasan dari bapak untuk saya?!? Bapak menyuruh saya untuk memutusi
Anggi?!? Pacar saya sendiri?!? Coba bapak bayangkan jika istri bapak dilecehkan
dengan orang yang bapak hormati?!? Pasti bapak merasa dikhianati dan
disakitikan?!? Sama seperti saya pak.. saya benci.. orang yang membohongi dirinya
sendiri. Saya tau pak, banyak guru yang tidak menyukai Anggi, saya akui.. dia
memang pemalas dan tidak suka belajar. Tapi pak.. pada dasarnya, Anggi bukan
orang seperti itu, dia tidak bodoh, dia pintar dan cepat, hanya saja dia tidak
mengakuinya. Kalau bapak membenci saya hanya karena saya menjalin hubungan
dengan Anggi, katakan saja.. tidak usah membuat pelecehan yang konyol seperti
itu.. tanpa Anggi saya tak bisa konsentrasi dalam belajar pak.. dia selalu
memperhatikan saya, melindungi saya.. karena itulah tidak mungkin saya bisa
memutuskannya hanya untuk program cerdas cermat saja, maaf.. kalau komentar
saya kepanjangan pak… karena kata-kata ini sudah saya ucapkan bagi orang yang
mengatur saya untuk memutusi Anggi. Permisi pak.” Kata Raka panjang lebar.
Perkataan Raka tadi membuat pak
kepsek terdiam lama. Dia tidak tau mau bicara apa lagi, semenjak kejadian itu,
tak ada lagi guru-guru yang mengata-ngatai Anggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar