Bab 13
Perlombaan basket pun dimulai, dan
selesai dengan bangga untuk kelas XI_IPS karena mereka menang dengan skor 3
sedangkan kelas XI_IPA mendapatkan skor 2. Banyak yang bersorak-sorak
menyemangati mereka, tapi.. aku hanya diam sambil tersenyum. Akhir-akhir ini,
Rai tidak pernah lagi menghubungiku, dia sombong. Mungkin gara-gara waktu
diwarung soto itu.
Aku menoleh pada Rai yang sedang kelelahan
akibat perlombaan basket tadi. Rasanya ingin sekali aku menghampirinya, tapi..
“ Woi..” tiba-tiba Inet datang
sambil menepuk bahuku, dan duduk disampingku.
Aku menoleh padanya sambil
tersenyum, walaupun dengan rada masih terkejut. “ Inet… keren banget tadi aksi
kamu….” Pujiku habis-habisan.
Inet hanya tersenyum kecil. “
imbalannya mana?!?” tanya Inet.
Aku menyerngitkan dahi. “ masih
jaman pakai imbalan?!?” belaku.
Inet memutar bola matanya. “ jaman
sekarang nggak pake imbalan… hidup akan jadi tambah susah, Rie..” jelas Inet.
“ Haha… iya juga ya… tapi jangan minta imbalan sama aku dong… yang ngadain siapa?!?”
kataku.
Inet hanya tertawa pelan.
***
Aku menyisir rambutku sambil
menghadap ke cermin. Tadi Arita SMS kalau acaranya akan diadakan di lapangan sura,
nggak jadi di lapangan komplekku. Sebenarnya
agak sedih juga sih.. tapi nggak apa deh..
Aku duduk di atas kasurku sambil
memikirkan pakaian apa yang nanti mau aku pakai. Katanya cewek harus memakai
gaun, sedangkan cowok memakai Jas. Aku
berfikir, bagaimana penampilan Rai nantinya?!? Apakah tampan seperti
biasanya?!?
“ TOK…. TOK…”
Tiba-tiba suara ketukan pintu
terdengar, aku membuka pintu. Terlihat kak Junior berdiri tepat dihapanku,
tangannya hendak mengulur kembali tetapi tidak jadi.
Aku mengangkat alis. “ ada apa
kak?!?” tanyaku bingung.
“ Hai.. dik… mau pergi ya?!?”
tanyanya sok baek.
Aku mengangguk dengan malas.
“ Pasti ke pesta…” tebak kak Junior
asal. Aku mengangguk pelan lagi. “ ikut ya…” tambahnya dengan manja.
Aku langsung melotot. “apaan sih
kakak ini.. orang acaranya cuma untuk aku dan murid-murid sekolahku aja kok…”
sahutku keras.
Kak Junior langsung cemberut. Aku
mendesah, lalu, menghampirinya. “ udah sana keluar… aku mau ganti baju…” kataku
lalu menyikirkannya dari kamarku dan dengan cepat langsung menutup pintu dan
menguncinya.
Aku membuka lemari kayuku, melihat
beberapa gaun-gaun pestaku yang tergantung rapi. Biasanya gaun-gaun ini kupakai
jika ada pesta keluarga ataupun acara resmi. Katanya.. Inet mau datang kerumahku karena mau minjam gaun, tapi..
mana?!? Udah jam segini dia belum datang?!?
Tiba-tiba terdengar suara pintu dari
luar kamarku. Aku mendesah.
“ Pasti Inet… panjang umur deh..!!”
kataku pelan lalu membuka pintu. Tampak seorang perempuan berambut pendek
berdiri tegap didepanku. Aku tersenyum, tuh kan.
“ Hai..” salam Inet lalu masuk ke
dalam kamarku. Dia meloncat-loncat, lalu membuka lemariku. “ gaun untukku ada
akan?!?” tanyanya.
Aku mengangkat bahu. “ aku juga lagi
bingung mau pake baju apaan… emang mesti pake gaun ya?!?” tanyaku.
Inet menggeleng-geleng. “ aku juga
tadi mau nanya kayak gituan sama kamu… jadi gimana nih?!? Acaranya dimulai jam
8 lho.. Rie, kita harus buru-buru nih…” kata Inet panjang lebar lalu mengambil
satu gaunku. “ aku pake baju ini aja deh…” lanjut Inet tanpa basa-basi.
Aku tersenyum. Pilihannya bagus
juga.. itu adalah salah satu gaun favoritku. Tapi.. agak aneh aja kalau ngeliat Inet pake baju kayak gituan.
Hahaha..
“ Aku cocoknya pake apa ya net?!? Aku bingung
nih..” kataku. Kalau ada Anggi, dia pasti punya solusi.. secara.. dia selalu
tampil cantik diberbagai kesempatan.
“ Pake gaun ini aja…” sahut Inet sambil menunjukkan gaun coklat panjang yang terpajang di lemariku.
Aku tersenyum, lalu menjetikkan jari. “ BENAR
JUGA…” teriakku.
***
Aku keluar dari kamar dan turun kebawah. Inet
sudah menungguku di mobil, hari ini dia tampak beda dari dulu. Sekarang dia lebih
rapi dan anggun layaknya wanita. Emang sebenarnya, Inet itu cewek yang baik
hati dan ramah kok, hanya saja.. dia saja yang tak percaya diri.
Aku masuk ke dalam mobil, lalu berkata. “ aku
cantik nggak sih kalau penampilan kayak gini?!? Nggak kayak ibu-ibukan?!?”
tanyaku.
Inet menyalakan mesinnya lalu menginjak gas. “ Riery.. Riery… mau sampai kapanpun.. nggak bakalan ada yang mau bilangin kamu
jelek..”
“ Ha?!? Beneran?!?” tanyaku sok aksi.
Inet hanya menggeleng-geleng kepala lalu menoleh
padaku. “ waktu Rai melihat kamu.. dia pasti tersanjung… kamu wangi banget
sih..” puji Inet.
Aku tersenyum lalu menundukkan kepala. “
kayaknya.. nggak deh.. aku lagi dieman sama Rai..” kataku pelan.
Inet mengangkat alis, “ wah.. nggak
seru dong.. selama ini kan.. kata orang.. kalianlah yang paling serasi..” kata Inet.
Aku mengangkat alis. “ oh.. ya?!?
Wah.. nggak nyangka deh…” teriakku sambil tertawa.
Inet hanya tersenyum.
***
Lapangan Sura sudah cukup rame. Banyak
lampu terhias disana-sini. Lebih banyak anak XI_IPS 3 nya sih.. yang datang.
Mereka yang melihat kami berdua langsung menghampiri.
“ Inet.. ciee.. aku baru pertama
kali liat kamu pake gaun kayak gini?!? Tambah cantik deh..” puji Tylee sambil
tertawa. Hari ini.. dia pake gaun Pink pendek diatas lutut, lalu ada bunga
kecil dirambutnya.
Inet tersenyum, “ udah deh.. nggak
usah ngejek…” kata Inet polos.
“ Siapa yang ngejek?!? Emang bener
kok.. ya kan rie?!?” tanya Tylee sambil menyenggol lenganku.
Aku mengangkat alis. “ ya..
begitulah…” jawabku sambil tersenyum.
“ Oh.. iya.. ngomong-ngomong.. rie..
kamu cantik deh..” kata Tylee sambil tersenyum.
“ Hehehe.. iya dong…” kataku nyengir
sambil mengancungkan 2 jari.
“ Eh.. temen-temen yang lain mana?!?”
tanya Inet.
“ Mereka udah di dalem.. tinggal
kalian berdua nih.. yang belum datang.. aku malah disuruh nungguin kalian..
udah deh.. ayo.. keburu udah dimulai lagi…” ajak Tylee lalu berjalan masuk ke
dalam sekolah.
Kulihat semua orang menatap kami
bertiga. Emang penampilan aku aneh ya?!?
Kok semua orang ngeliatin?!? Tanyaku dalam hati.
“ Seeh… Inet!!!!” teriak Susi
kegirangan. Dia meloncat-loncat sambil melambaikan tangan.
“ Apaan sih?!? Semua dari tadi
muji-muji aku?!? Emang aku cantik banget ya?!?” kata Inet ke-pedean.
“ Iya.. kamu cantik banget net, beda
banget sama kebiasaan kamu sehari-hari…” sahut Mutiara.
Inet tersenyum. “ harus dong..
sebagai wanita gitu..” kata Inet.
Aku tersenyum. “ eh.. udah
dimulaikan acaranya?!? Kok masih ngumpul-ngumpul gini sih?!?” tanyaku pada
Arita yang sedang menulis.
“ Iya.. kita tinggal nunggu kepala
sekolah..” kata Arita sambil melihat jam tangannya. Dia menoleh padaku lalu
tersenyum. “ cantik banget kamu rie… Rai udah nungguin tuh..” kata Arita.
“ Hehehe.. makasih… mana Rai?!?”
tanyaku penasaran. Aku mau minta maaf sama dia.
“ Nggak tau.. tadi sih dia
disampingku. Dia nanyain kamu mulu.. sampai aku capek lalu membentaknya.
Hehehe.. sory ya..” kata Arita sambil nyengir.
“ Hah?!? Kok minta maafnya sama
aku?!? Ya.. sama orangnya lah..” kataku.
Arita hanya nyengir.
Aku menghela nafas lalu menoleh ke
kanan. Terlihat Rai yang sedang ngumpul bareng sama teman-teman basketnya. Aku
menghampirinya.
“ Rai.. punya waktu sebentar?!?”
tanyaku sambil menyenggol lengan Rai.
Rai menoleh padaku sambil terkejut.
“ ng.. iya..” jawabnya ragu-ragu.
Kami duduk di bangku panjang, depan
kelas XI_IPA 1. Rai menoleh padaku dan berkata.
“ Ada apa Rie?!? Acara mau
dimulai?!?” tanya Rai cepat.
“ Kita udah lama nggak ngobrol kan?!?
Emang kamu nggak mau ngobrol sama aku ya?!? Atau.. ada cewek lain?!?” tanyaku
pelan.
Rai langsung melotot. “ kamu ngomong
apa sih?!?”
Aku menatapnya. “ soalnya
akhir-akhir ini.. kamu jarang biacara sama aku..” kataku pelan.
“ Aduh.. Riery.. aku tuh bukan
cowok playboy. Bagiku cukup kamu seorang.. nggak ada perempuan lain…” kata Rai
lalu mengambil nafas,.
Aku terdiam lama. Rai menghela
nafas.
“ Ya ampun.. Rie!! Kamu masih
nggak percaya ya?!? Ya ampun.. padahal aku udah berusaha untuk romantis tau
nggak sih!! Udah deh.. ayo.. acaranya udah dimulai..” kata Rai sambil menarik
tanganku berjalan menuju lapangan.
“ Hari ini.. kita merayakan acara
paling berharga untuk kelas XI_IPA.. terutama kelas XI_IPA 3 yang berhasil melawan
tim basket XI_IPS.. nah.. sebagai kemenangan.. karena hasil jering payah
teman-teman kita.. jadinya.. kita merayakan pesta yang nggak tau mau dibilang
besar atau kecil ini. Yang penting.. hari ini kita bisa bersenang-senang sampe
puas.. karena acaranya ditutup besok tepat pada jam 7.” Jelas Tita bendahara
kelas kami, sekaligus temenku yang paling pintar bicara didepan umum.
“ YEAH…” teriak teman-teman yang
lain.
Kami semua menyebar di lapangan
sekolah, para guru-guru hanya duduk-duduk sambil meminum dan melahap makanan dan
minuman yang tlah tersedia.
Aku menoleh pada Rai, memandang lama
kalungnya yang unik itu. “ Rai.. apa kita putus aja?!?” tanyaku pelan.
Rai yang mendengarnya langsung
melotot. “ ha?!? Kamu ini.. kalau ngomong ngawur-ngawur ya.. masa putus sih..
kita kan nggak ada masalah..” bela Rai.
Aku menundukkan kepala. “ abiss…
akhir-akhir ini.. kamu sombong…” kataku pelan.
Rai mendesah. “ gitu ya?!? Oke deh..
aku nggak akan sombong lagi..” kata Rai.
Aku menoleh padanya sambil
tersenyum. “ kamu serius?!?” tanyaku bahagia.
Rai mengangguk-angguk. Aku
tersenyum.
***
Aku dan Rai sekarang berada ditengah
tumpukan manusia-manusia yang sedang asyik mabuk sendiri atas kemenangan yang
tlah kami buat. Aku menghampiri Inet yang sedang ketawa-ketiwi dengan seorang
perempuan yang sok menyebut dirinya Taylor Swift padahal namanya Tawi.
“ Hehehehe… iya.. iya…” teriak Inet
yang suaranya kurang keras.
“ Net.. kamu kehebohan deh..” kataku
sambil menepuk dahinya.
“ Eh.. nona Jepang!! Apa kabar?!?”
tanya Vira sok akrab.
Aku mengangkat alis. “ hee.. dasar
gila.. kalian ngapain sih?!?” tanyaku yang kebingungan. Aku kan juga pengen
bersenang-senang.
“ Kamu liat kami lagi ngapain?!?
Eh.. ngomong-ngomong tadi kamu kemana sih, ta?!? Dari tadi aku cariin?!? Si
Rai.. juga dari tadi aku nggak nampak…” kata Inet yang kurang lebar.
“ Aku disini..” sahut Rai yang
berdiri dibelakangku, sambil mengancungkan 2 jari padahal seharusnya yang memang 2 jari.
“ Tadi.. kami lagi ada bisnis…
urusan pribadi.. yang nggak cocok diketahui sama orang-orang kayak kalian ini…”
kataku sambil menunjukkan muka-muka Vira dan Inet.
Mereka hanya geleng-geleng kepala,
tiba-tiba Raka menyenggol lenganku.
“ Woi.. jalan-jalan yuk..” ajaknya
sambil tersenyum.
Aku membalas senyumannya, “ bentar
ya..” kataku lalu berjalan ke arah Rai. “ Rai, mau ikut?!?” tanyaku pada Rai
yang habis melahap 1 kue.
Dia mengangguk-angguk tanpa
mengeluarkan sepatah katapun. Aku tercekik melihatnya, lalu menarik tangannya
dan segera menghampiri Raka.
“ Rak.. Rai boleh ikut kan?!?”
tanyaku.
Raka mengangguk-angguk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar